Rawi Wahyudiono.
Menjadi Jutawan Berkat Obeng
Siapa yang menyangka, sebuah obeng mampu membuat seseorang menjadi jutawan. Berbekal ketekunan dan semangat tak kenal menyerah membuat Rawi Wahyudiono menjadi pedagang besar dibidang maintenance server komputer perbankan dan perkantoran.
Pria sederhana kelahiran Surabaya ini adalah pemilik usaha Pradana Komputer (Prakom) yang sudah cukup punya nama di Jakarta. Usahanya itu meliputi penanganan perawatan perangkat server dan komputer milik bank dan kantor pajak. Tidak hanya itu, Prakom juga menyediakan layanan perbaikan printer, mesin uang, hingga menjual pita printer, tinta dan peralatan perbankan lainnya.
Rawi, demikian panggilan akrabnya, mengawali usahanya pada 2002. Saat itu ia bersama dua orang temannya mendirikan Tri Tunggal Jaya yang menyediakan layanan jual beli komputer. Tak lama kemudian, usahanya itu mulai membuahkan hasil. Bahkan, hingga 2008 usaha tersebut sudah memiliki cabang di Jakarta, Bogor, Cikampek, Purwakarta, dengan 20 orang karyawan.
Namun, keadaan tak semulus yang diinginkan. Menjelang tahun kelima hubungan antara Rawi dengan teman bisnisnya mulai bergolak. Hal ini disebabkan munculnya sikap saling curiga yang diakibatkan tidak adanya sistem laporan keuangan yang baik dalam usaha mereka. “Arus keluar masuk uang tidak jelas,” ungkapnya. Keadaan tersebut akhirnya membuat seret kinerja mereka. Sampai akhirnya, usaha yang mereka rintis bangkrut. “Saya habis-habisan. Nggak punya apa-apa lagi, kecuali semangat untuk melanjutkan hidup,” lanjut pria berkacamata ini.
Mulai Bangkit
Pada 2008, hanya dengan bermodal sebuah obeng, ia berupaya bangkit. Usaha pertama yang dilakukannya tergolong sederhana, yaitu menghubungi pelanggan lamanya untuk menawarkan jasa perbaikan dan pemasangan komputer. Ya, berawal dari sinilah nama Prakom lahir. Semakin lama pelanggan Prakom bertambah.
Melihat potensi pasar yang besar dalam bisnis komputer, ia memutuskan untuk mengambil jalur khusus dalam bisnisnya. Jasa perbaikan serta pemeliharaan komputasi dan printer untuk perbankan menjadi pilihannya. Alasannya, saat itu, sudah banyak pemain yang berbisnis jual beli atau perbaikan komputer, sedangkan yang khusus ke jalur perbankan baru sedikit. “Awalnya, saya hanya fokus di bank-bank Jabodetabek, tapi sekarang sudah meluas ke hampir seluruh daerah di Indonesia,” paparnya.
Hanya dalam waktu setahun, bisnis yang dijalaninya mulai pulih. Ia mengatakan, berkaca pada pengalaman masa lalunya, ia bertekad terus melakukan perbaikan dalam pengelolaan bisnis. Tekadnya itu terbukti. Karena dengan waktu dua tahun saja, omzet Rawi kini mencapai Rp200 juta. Selain di Bekasi, saat ini Prakom juga sudah memiliki cabang di beberapa daerah, seperti: Solo, Wonogiri, Surabaya, Gombong, Denpasar dan Mataram.
Belajar dari Ayah
Kesuksesan yang diraih Rawi tak terlepas dari peran keluarganya, terutama sang ayah. Pria kelahiran 23 Desember 1971 ini berasal dari keluarga pegawai negeri, yang punya usaha sampingan berupa bengkel sepatu. Namun, usaha tersebut akhirnya kandas dan sang ayah enggan untuk berdagang lagi.
Berawal dari seringnya ia membantu sang ayah, Rawi mulai menyukai dunia bisnis. Ia sering memperhatikan transaksi jual beli yang menghasilkan uang di Pasar Turi. Pada saat kuliah di STIKOM Surabaya, ia mulai serius menjalani bisnis. Komputer, bidang yang selama ini ia pelajari, mulai ditekuninya sebagai bisnis. Bermodal brosur komputer, ia menawarkan jasa pemasangan dan jual beli komputer pada orang-orang di pasar.
Usaha yang dilakoninya cukup sukses. Rawi semakin paham mengenai proses perakitan dan cara jual beli komputer yang menguntungkan. Akhirnya, setelah lima tahun berkuliah dan berbisnis sambilan di Surabaya, Rawi memutuskan pindah dan bekerja di Jakarta. Sebelum memiliki usaha sendiri, ia sempat menjadi karyawan di tiga perusahaan swasta yang bergerak di bisnis komputer. Dari sana, ia semakin banyak menimba ilmu tentang bisnis komputer.
Menurut Rawi, kunci sukses seorang pebisnis adalah ia harus memiliki jiwa enterpreneur. Banyak cara yang bisa didapat, misalnya dengan aktif bergabung di komunitas-komunitas. Ia mengakui banyak ilmu yang diperoleh, salah satunya dengan bergabung di komunitas TDA (Tangan di Atas). Selain itu, dalam strategi pemasaran atau marketing, para pebisnis saat ini juga harus memperluas jaringan ke dunia maya.
Baginya, kita harus berani berinovasi. Kita tidak bisa menjalani bisnis dengan cara lama. Untuk menjaring pelanggan baru dan mempertahankan pelanggan lama, kita harus selangkah lebih maju dari para pesaing. “Misalnya, dengan berpromosi melalui jejaring sosial, web, atau blog,” ujarnya pria yang hobi ngeblog dan jalan-jalan ini. Ia juga memaparkan bahwa di era sekarang ini, internet sangat berperan besar dalam pengembangan bisnis. “ Kalau kita ingin jadi pebisnis, action saja. Punya ide, ya kita jalanin. Kalau terlalu banyak teori malah nggak jalan-jalan,” ujarnya.
Bagi Rawi, bisnis ibarat sebuah permainan monopoli. Tapi tak perlu khawatir, karena dengan ketekunan bukan hal yang mustahil kesuksesan besar bisa kita raih. Bukti lain kesuksesan Rawi adalah dengan meraih penghargaan Blogpreneur Award sebagai Blog Perjalanan Bisnis Terbaik dan UKM Enterpreneur Award 2010.
Sebagai seorang blogpreneur, Rawi rajin mengupdate tips-tips dan kiat bisnis bagi para wirausahawan pemula. Kiat-kiat bisnis itu dapat diakses di blog pribadinya di alamat : http://rawiwahyudiono.wordpress.com.
Sumber: Majalah Pengusaha Muslim, Edisi Desember 2010
******
Catatan redaksi: Apa yang dilakukan oleh saudara kita di atas dalam membantu perbankan atau bank-bank adalah kurang tepat, karena secara hukum agama hal tersebut tidak di perbolehkan. di sebabkan bagian dari mendukung lancarnya transaksi riba. Akan tetapi pelajaran yang dapat di ambil dari kisah di atas, semangat dia untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi meskipun hanya bermodal obeng.
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُوا عَلَى اْلإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ
“Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Ma`idah: 2)
Artikel www.PengusahaMuslim.com